Senin, 17 Oktober 2011

Tulisan Tanganku


Kugapai Asaku
“ Selamat ya Nis. “ ucap temanku, Aisyah. “ Semoga kamu bisa cepat dapat pekerjaan. Habis itu merit deh!”  Kata dia sedikit menggodaku sembari tertawa. Aku mengangguk sambil tersenyum bahagia,
 “ Aamin. .Insyaallah Syah. Semoga Allah memudahkan jalanku untuk mencari pekerjaan. Aku ingin mengabdikan diriku untuk umat. Semoga ilmu yang aku dapatkan di sini tidaklah sia-sia.”  Jawabku dengan penuh semangat.
Aisyah adalah teman SMAku dulu. Selama ini, dia yang selalu memotivasiku dalam segala hal termasuk motivasi belajar. Dia yang selalu menasehatiku ketika aku dalam kegamangan, memberiku masukan ketika aku dalam kebingungan dan yang tak kalah penting adalah dia yang selalu mengingatkan aku untuk selalu bersyukur atas kenikmatan Tuhan. Meskipun usianya dua tahun lebih muda dariku, tapi dia cukup dewasa dibandingkan aku. Terkadang aku masih mengeluh dalam menjalani hidup ini. Tapi dia, dia selalu bersemangat dalam menjalani semuanya. Tuhan… terimakasih Kau sudah mengirimku seorang sahabat seperti dia.
Kali ini dia menyempatkan waktunya untuk menghadiri acara wisudaku. Kebetulan, minggu ini masa liburan anak-anak sekolah sehingga dia punya waktu untuk memenuhi undanganku. Tugasnya sebagai seorang guru memang mengharuskan dia untuk bisa menjadi seseorang yang patut diteladani. Sebagaimana kata orang jawa, guru itu kepanjangan dari “digugu lan ditiru” yang artinya dipercaya dan ditiru. Makanya, sesuatu yang ia lakukan harus atas dasar pertimbangan yang matang.
Selesai acara, kami berfoto. Termasuk bersama keluargaku yang datang jauh-jauh hanya untuk melihatku diwisuda. Bagaimana tidak. Tentu saja mereka ingin melihat kebahagiaanku di hari kelulusanku itu.
^^^
 “ Nak, terimakasih ya, kamu sudah memberikan yang terbaik untuk masa depanmu. Kamu lulus dengan cumlaude. Mama doakan semoga kamu cepat dapat pekerjaan ya. “ Kata mama mengawali pembicaraan  di kamarku  sembari mengusap pipiku. Aku yang sedari tadi asyik dengan komputerku, segera mengalihkan perhatian kepadanya.
“ Aamin.. semoga dengan banyaknya orang yang mendoakanku, semakin cepat pula doa itu dikabulkan oleh Allah. Nisa lah yang  seharusnya berterimakasih sama Mama. Mama yang selama ini memperjuangkan semuanya demi Nisa dan adik-adik. Mama yang selama ini membanting tulang untuk menghidupi kami seorang diri. Mama hebat ! Nisa salut sama Mama. Terimakasih ya Ma..” Jawabku . Air mataku tak bisa kutahan ketika kalimat itu meluncur dari bibirku. Aku menangis haru di pelukan mama. Mamapun tak kuasa menahan air matanya.
^^^
Entah darimana munculnya ular itu. Aku mendapatinya di dalam kamarku. Dan ketika aku berusaha menghindar dengan cara keluar dari kamar, ia terus saja mengejarku.
“ Tolong! Tolong! ” Aku terus berusaha meminta pertolongan pada orang-orang sekitar. Tapi tak ada jawaban, justru mereka menertawakan aku. Seolah mereka senang dengan ketakutanku saat itu.
“ jangan! jangan dekati aku! Aku takut… jangan! Jangan!” teriakku. Ular yang memiliki panjang tiga meter itu terus saja mengejarku. Seluruh tubuhnya yang diselubungi cahaya serta terdapat permata di bagian kepalanya mengingatkan aku pada ular-ular di film Suzanna era 80-an. Aku takut sekali. SampI-sampai aku menangis sejadi-jadinya .
“Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar! “Aku berusaha sekuat tenaga menyebut asmaNya untuk mengusir ular itu.
“Astaghfirullahaladzim…” aku terbangun dari mimpiku. “Alhamdulillah,,, hanya mimpi.” Kuusap peluh yang membasahi wajahku lalu kulihat jam di HPku menunjukkan pukul  01.30. Aku bangkit dari tempat tidurku, lantas mengambil air wudhu. Kuhadapkan wajahku padaNya dengan penuh khusyuk. Selesai shalat, aku memohon padaNya supaya diberikan ketenangan. Aku memohon keselamatan padaNya. Aku juga pasrah tentang mimpi yang baru saja membuatku sedikit gelisah. Kata orang mimpi ular itu pertanda baik, akan dapat jodoh. Entahlah.. aku pasrahkan padaNya.
^^^
Keesokan harinya aku mulai melamar pekerjaan di beberapa rumah sakit di sekitar Solo. Aku berharap aku bisa cepat dapat kerja sehingga aku bisa membantu perekonomian keluarga. Aku ingin meringankan beban mamaku. Bagaimanapun juga aku adalah anak pertama yang punya tanggungjawab besar terhadap dua adikku. Selama ayah tiada, mamalah yang selama ini berupaya untuk membiayai kami. Aku ingin agar mama berhenti bekerja dan biarlah aku yang melanjutkan membiayai sekolah adik-adik. 
Sudah tiga bulan semenjak kelulusanku, tapi aku belum jua mendapatkan pekerjaan. Aku terus bermunajat padaNya, memohon supaya diberi kemudahan di samping usaha yang akau lakukan.
Hingga suatu malam, telepon berdering membangunkanku dari tidur. Kulihat jam dinding menunjukkan angka sebelas malam. Kulihat di layar HPku, nomornya asing. Tapi kucoba mengangkatnya.
“ Assalamu’alaikum…”
“ Wa’alaikumsalam…” Jawaban dari seberang sana yang terdengar asing, kedengarannya suara perempuan.
“ Maaf, ini siapa ya? “ Tanyaku penasaran.
“ Hai Nis, ini aku, Fitri…, udah lupa ya…? “ terdengar suara yang sangat bersemangat di sana.
“ Masyaallah… Fitri. Hai Fit, apa kabar kamu? “
“ Alhamdulillah sehat. Kamu gimana?”
“ Alhamdulillah baik juga. Bye the way, sekarang kerja di mana nich Bu dokter ?” Tanyaku sambil menggodanya.
“ Alhamdulillah Nis, aku sekarang kerja di Rumah Sakit Kariadi Semarang. Kamu ?” Dia balik bertanya.
“ Hmmm aku belum dapat kerja Fit. Tapi aku sudah berusaha melamar di beberapa rumah sakit di Solo. Tapi belum juga ada yang menerima. Katanya tidak ada lowongan untuk Fisioterapi. Ya mungkin karena Solo gudangnya Fisioterapi. Jadi kemungkinan diterima juga kecil. “ Jawabku sedikit ada rasa malu dengannya.
“ Oh..begitu. Kebetuan sekali di Kariadi masih butuh Fisioterapi dua orang.  Barangkali kamu bisa coba daftar di sini.” Katanya member informasi untukku.
“ Benar Fit ? Alhamdulillah… makasih ya Fit atas infonya. Insyaallah besok aku ke Semarang.”
“ Oke! Jangan lupa mampir ke rumahku ya..Aku kangen kamu nich.”
“ Iya Fit, insyaallah.. sekali lagi makasih ya Fit.”
“ Iya Nisa.. udah..biasa aja deh! Ya sudah, sampai ketemu besok ya. Wassalamu’alaikum..”
“ Wa’alaikumsalam…
Alhamdulillah… akhirnya ada juga pekerjaan untukku. Terimakasih ya Allah. Aku tak henti-hentinya mengucap syukur padaNya. Sujudku dalam Tahajjud membasahi sajadahku karena aku terharu, begitu banyak yang Dia berikan untukku selama ini, termasuk kesempatan ini.
^^^
Keesokan harinya, aku berpamitan dengan mama. “ Ma, semalam temanku yang sekarang di  Semarang menelpon, katanya ada lowongan Fisoterapi di sana. Jadi pagi ini aku mau ke sana Ma.” Aku memberi penjelasan.
“ Begitu ? Syukurlah. Semoga ada rejeki yang Allah berikan untukmu di sana ya Nak.” Ucap mama.
“ Aamin. Makasih Ma. Ya sudah, Nisa berangkat ya Ma. Assalamu’alaikum…” Pamitku sambil mencium tangan mama.
“ Wa’alaikumsalam. Hati-hati ya Nak.” Pesan mama.
Aku hanya mengangguk sambil terus melangkah ke luar rumah. Seperti yang mama sarankan, aku ke Semarang naik kereta. Kata mama lebih cepat dan murah. Tentu saja aku setuju. Aku yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, selalu saja mempertimbangkan pengeluaran uang. Kalu ada yang murah kenapa pilih yang mahal. Itulah prinsip hidup keluarga kami.
Setelah sampai di Kariadi, benar saja kata temanku. Memang rumah sakit ini sedang membutuhkan dua orang fisioterapi. Dan Alhamdulillah, setelah aku serahkan berkas-berkasku dan wawancara sekitar setengah jam, aku diterima. Langsung saja aku beri tahu kabar bahagia ini pada mama. Mamapun  mengucap syukur dan selalu mendoakanku.
“ Hati-hati ya Nak hidup di sana. Jaga diri dan jaga pergaulan. “ Begitu pesan mama padaku.
Aku jalani profesiku dengan senang hati di Rumah Sakit Kariadi. Aku benar-benar menikmati peranku sebagai fisioterapi. Aku bahagia karena aku bisa bermanfaat bagi sesama. Paling tidak aku bisa membuat mereka tersenyum karena kesembuhan atas kelainan fungsi dan gerak tubuh mereka dengan seizin Allah. Inilah cita-citaku dulu. Aku benar-benar menikmati semuanya. Terimakasih ya Allah…
^^^
“ Nak, kemarin ada seorang pemuda datang ke rumah mencarimu. Katanya dia temanmu dulu.” Kata mama lewat telepon.
“ Siapa Ma?” tanyaku penasaran.
“ Ya dia bilang namanya Akhmad. Dia juga anaknya cukup sopan. Mama rasa dia teman baik kamu.” Mama memberi penjelasan.
Teman baik? Sepertinya aku tidak punya teman laki-laki. Akhmad? Aku diam sejenak mengingat-ingat. Ya Allah, diakah temanku dulu semasa SMA? Tapi mengapa tiba-tiba dia mencariku? Dengan mengaku teman baikku lagi. Ah aku tak tahu. Padahal kita dekat saja tidak. Ada apa ya Allah… tiba-tiba dadaku bergemuruh. Aku  teringat masa-masa remaja dulu.
“ Nak, kamu masih di sana kan ? “ Ucap mama lagi membuyarkan lamunanku.
“ Iya ma, dia memang temanku. Lalu dia bilang apa Ma ? “ Tanyaku tambah penasaran.
“ Dia tidak bilang apa-apa. Dia hanya bilang, kalau kamu sudah pulang, mama diminta untuk menghubunginya lagi. “
“ Mama tidak bilang kalau aku di Semarang? “ Tanyaku.
“ Mama bilang, tapi mama tidak menyebutkan kamu kerja di Kariadi.” Kata mama.
“ Ya sudah Ma. Makasih ya.. wassalamu’alaikum..”
“ Wa’alaikumsalam. “
Jantungku berdegup kencang. Nadikupun berdenyut seirama dengan jantungku. Aku merasa seolah peredaran darah di seluruh pembuluh darahku menyempit. Aku bahagia sekali. Akupun menebak-nebak kalau dia akan meminangku. Ya Allah… tiba-tiba rasa yang sudah lama terpendam itu muncul. Dan disaat itu pula, harapan membina rumah tangga dengannya muncul kembali. Ah lebih baik tidak berharap, aku takut kecewa.
^^^
“ Assalamu’alaikum..” Suara  tamu dari sambil mengetuk pintu.
“ Wa’alaikumsalam…” jawab mama sembari membuka pintu.
“ Oh…Nak Akhmad. Mari Nak, silahkan masuk.” Pinta mama sambil membuka pintu lebih lebih lebar.
“ Iya, terimakasih Tante. Kenalkan, ini ayah saya Tante.” Kata dia.
“ Salam kenal Pak. “ Ucap mama sambil memberikan senyum keramahan.
“ Salam kenal juga Bu. “ Jawab ayah Akhmad.
“ Monggo, monggo… silahkan duduk. Sebentar ya, saya tinggal ke belakang dulu.”
“ Iya Bu, silahkan.” Jawab Akhmad.
            Ibu menghampiri aku yang sedarri tadi di dapur sedang memasak. Aku memang sengaja menyempatkan waktu untuk pulang beberapa hari.
“ Nis, ada temanmu yang dulu mencarimu itu lho…. Ayo buatkan minuman untuknya dan juga untuk ayahnya. Nanti antar ke sana ya..” Ucap mama gembira. Aku hanya mengangguk lalu membuat minuman seperti yang ibu minta.
Ya Allah… gemuruh di dada itu datang lagi. Kali ini aku benar-benar harus berhadapan dengan orang yang aku cintai. Hatiku berdebar-debar ketika memasuki ruang tamu. Diam-diam, kulihat wajahnya yang ceria beserta wajah seorang laki-laki di sampingnya. Mungkin itu ayahnya, sebagaimana yang dimaksud mama. Ya karena memang tak ada orang lagi di sana.
Selesai memberikan minuman, aku memposisikan diri  duduk di sebelah mamaku seraya menundukkan pandangan karena menahan malu.
“ Begini Bu..” Ujar Ayah akhmad mengawali pembicaraan.
“ Kedatangan saya kemari ingin mengantarkan anak saya untuk meminang putri Ibu ini. Katanya sambil menujukku.
“ Apakah putri Ibu bersedia ? Tanyanya.
Mama menoleh padaku sedangkan aku hanya tersenyum sembari terus menunduk.
“ Bapak bisa tahu sendiri bukan, dilihat dari ekspresi wajahnya, sepertinya dia menerima pinangan putra Bapak. “ Ujar mama yang membuat aku semakin tersipu.
Lantas Akhmad tersenyum dibarengi dengan ayahnya.
“ Jadi begitu ya Bu ? Kira-kira kapan bisa dilangsungkan pernikahan untuk mereka? Mengingat umur Akhmad sudah cukup untuk menikah dan sudah siap lahir batin pula. ” Tanya Ayah Ahmad tak sabar.
“ Bagaimana Nak? “ Tanya mama padaku.
“ Terserah mama saja..” Jawabku pelan sambil menahan rasa malu sekaligus bahagia.
“ Lho kok terserah mama? Kan yang mau menikah kamu. “ Kata mama sambil menggodaku.
“ Demi Allah, niat baik itu harus disegerakan. Bukan begitu Akhmad ? ” Pinta Ayah Akhmad.
“ Iya Yah. “ Jawab Akhmad.
Aku hanya tersenyum bahagia.
“ Ya sudah Pak, kami ikut keputusan Bapak saja. Sepertinya putri saya juga sudah setuju dengan pendapat Bapak tadi. “ Kata mama.
^^^
“ Saya nikahkan dan kawinkan Muhammad Setya Ikhwanus Sholih binti Sholikhin dengan AnnisaYuniar Karimah binti Abdul Karim dengan mas kawin seperangkat alat shalat serta perhiasan seberat delapan gram dibaya tunai!” Kata penghulu.
“ Saya terima nikah dan kawinnya Annisa Yuniar Karimah binti Abdul Karim dengan  mas kawin tersebut dibayar tunai!” Jawab sang pengantin pria.
“ Sah ?”
“ Sah…” Ucap para hadirin yang hadir dalam acara ijab qabul pernikahanku.
“Alhamdulillah…” Ucap segenap oang yang ikut merasakan kebahagiaanku.
“Alhamdulillah… Terimakasih ya Allah… Engkau telah mempertemukan dan menyatukan kami. Segala sesuatu yang hamba cita-citakan semuanya terkabul termasuk menjadi seorang istri dari lelaki sholeh yang selama ini hamba dambakan.” Ucap syukurku di dalam hati sembari mencium tangan suamiku. Aku tersenyum  dengan suamiku, lantas diapun membalasnya dengan senyuman terindah yang pernah kulihat.
^^^
“Terimakasih sudah memilihku, Mas.” Ucapku setelah acara selesai.
“Terimakasih juga istriku, karena sudah bersedia menjadi pendamping hidupku. Terus terang, aku selama ini selalu berdoa supaya Allah mempertemukan kita lagi. Dan Alhamdulillah..semua itu jadi kenyataan.” Jawab suamiku, lalu ia mencium keningku.
Akupun terharu dengan ucapannya hingga air mataku tak kuasa kutahan. Rupanya aku tidak bertepuk sebelah tangan. Selama ini, yang aku tahu, akulah yang mengharapkan dia. Tapi ternyata… dia juga berdoa sebagaimana doaku kepadaNya.
Aku benar-benar bahagia. Allah… terimakasih untuk karuniaMu ini. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untuk suamiku, menjadi tempat berbagi yang nyaman untuknya serta menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Aamiin..
.


Sabtu, 26 Februari 2011

Muda Mandiri

Sukses dalam Hati
            Ada seorang ibu yang telah menekuni kegiatan berjualan di pasar tradisional hamper 24 jam tahun            lamanya. Selama itu, ia harus menempuh jarak 50 km setiap hari.
            Berangkat dikala shubuh dan pulang dikala matahari sudah meninggi menjadi rutinitas harian yang tak terelakkan. Mewahkah tempat kerjanya sehingga ia mau melakukan itu semua ? sepertinya tidak. Tempatnya berjualan bukanlah kios atau ruko bintag lima melainkan hanya ruangan kecil berukuran 1 x 1 m. dan media tempat ibu tadi berdagang hanyalah selembar plastic bagor / karung atau terkadan secarik kain saja. Bisa dipastikan, saat hujan turun, ia harus mengungsi agar dagangannya tidak basah dan cepat membusuk. Sungguh pekerjaan luar biasa yang membutuhkan kesabaran dan keuletan tentunya.
            Walau hasilnya tak seberapa, ibu tadi tetap ikhlas menjalani hari demi hari mencari rizki untuk diri dan keluarga. Ia tak takut rugi karena hatinya selalu bahagia menjalani aktivitas harian yang mulia itu. Begitu setiap hari ia lakukan hingga lelah dan lapar sering tak dipedulikannya. Dan di usianya yang kini akan menginjak kepala lima, ia masih memperlihatkan kegesitannya dalam menggendong dan menjajakan dagangan. Subhanallah.
            Dari kisah nyata seorang ibu di atas, satu hikmah yang bias kita petik adalah keikhlasan menjalankan sebuah pekerjaan atau usaha. Pada hakekatnya, nilai sebuah pekerjaan bukanlah terletak pada banyaknya untung yang diraih, mewahnya tempat usaha yang dijalankan, prestise-nya sebuah pekerjaan atu beratnya tanggunjawab yang dipikul. Segala kemewahan dalam bekerja hakekatnya hanyalah kenikmatan semu yang tak abadi. Kemewahan yang sejati dan terbesar terletak di dalam setiap hati ikhlas para insan beriman. Apalah artinya segala fasilitas kantor yang mewah jika tidak ditunjang dengan keikhlasan hati dalam menjalankannya. Pun dengan nilaiprastise sebuah pekerjaan. Apa dikira kerja di kantor dengan fasilitas AC dan kursi goyang menjamin pelakunya bahagia ? tidak, sam sekali tidak. Banyak yang justru mengeluh dengan rutinitas di kantor bersama AC dan kursi goyangnya karena hariannya monoton.
            Perlu pula dipahami bahwa nilai kesuksesan bukan terletak pada lamanya sebuah usaha berjalan. Banyak yang sudah bekerja atau berkarya tapi tak dapat meraih kenikmatan bekerja. Dan tak sedikit pula yang kemudian menjadi bangkrut setelah sekian lama membangun usaha hanya karena persoalan sederhana.dari sini, kita semakin yakin bahwa hakekat sukses ada dalam hati saat kita menjalani sebuah usaha dengan ikhlas dan bahagia. Hitungannya bukan nominal uang atau mewahnya perabotan melainkan rasa syukur hati yang terwujud dalam lisan dan amalan sehari-hari. Itulah mengapa kesuksesan sangat terkait erat dengan orang-orang yang ikhlas ( mukhlishin )

TENTUKAN PILIHANMU, SEKARANG !
            Beberapa dari kita kadang bekerja hanya untuk mencari nilai nominal yang bernama upah. Tak sedikit pula yang memaksa diri untuk bekerja agar tidak mendapat predikat sebagai pengangguran. Padahal hatinya tak pernah mau menerima pekerjaan yang dijalankan. Pikirannya selalu menerawang keluar dan imajinasinya selalu berandai-andai untuk mendapatkan pekerjaan yang ideal. Jika hal itu terus meneus dibiarkan, bersiaplah untuk menghadapi stress dan berbagai gangguan kesehatan lainnya, seperyti magh, insomnia dan depresi. Lalu bagaimana solusinya ?
            Untuk itu, segera tentukan  pilihan sekarang juga. Hidup ini adalah ladang untuk memilih yang terbaik untuk hidup di dunia dan  akherat. Kita adalah manusia yang diberi akal untuk menentukan pilihan hidup, bukan hewan yang diberi anugerah nafsu semata. Jangan bohongi diri sendiri dengan menyukai pekerjaan yang tidak menyejukkan hati. Bekerja dan berkaryalah dengan sesuatu yang kamu yakini dan cintai. Itu lebih bernilai daripada bekerja dengan gaji selangit tapi hati tak pernah bahagia.
            Dan yang paling penting, mintalah petunjuk Allah SWT atas pilihan yang akan dipilih. Selalu konsultasikan pilihan kita pada Dzat Yang Maha Tahu lewat shalat istikharah dan doa-doa pada waktu mustajab. Mohonlah agar diberi pilihan terbaik untuk urusan dunia dan akherat. Hilangkanlah sikap egois untuk menang sendiri karena pada hakekatnya Allah SWT lebih tentangg hidup kita. Pahamilah bahwa pilihan Allah SWT itu selalu member yang terbaik unuk kita, walau terkadang kita merasa pahit melihatnya.

RAIH SUKSESMU DENGAN IMAN
            Sekarang sudah saatnya setiap dari kita bertanggungjawab terhadap hidup ini. Kita telah sukses mengalahkan jutaan sel sperma yang bersaing untuk bias membuahi sel telur. Lalu sekarang apalagi ?  Tentu kita harus meraih kesuksesan yang hakiki. Kesuksesan yang tidak hanya diukur dari materi tetapi dinilai dari nikmatnya ketentraman hati. Dan untuk meraih itu, jadikan iman sebagai landasannya.
            Kenapa harus iman ? haanya karena dengan iman, kesuksesan hati akan semakin lengkap. Seindah-indahnya ketenangan hati, tetap tak akan merasa manis jika tak ada iman di dalamnya. Iman dan kesuksesan hati ibarat pena dan tinta. Keduanya saling berkaitan erat dan tak terpisahkan. Dengan begitu, terus tingkatkanlah iman agar sukses hadir dalam hati dan pikiran. Wujudkanlah kebaikan iman dengan meluruskan niat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berkarya. Sahabat, dunia menunngu kiprahmu wahai para pemuda muslimin. Adin

Sumber : Majalah Elfata ( Media Muslim Muda )

Perbedaan Web, Blog. Situs dan URL

Perbedaan web, situs, blog dan URL :

            Web adalah Suatu sistem di internet yang memungkinkan siapapun agar bisa menyediakan informasi. Dengan menggunakan teknologi tersebut, informasi dapat diakses selama 24 jam dalam satu hari dan dikelola oleh mesin. Untuk mengakses informasi yang disediakan web ini, diperlukan berbagai perangkat lunak, yang disebut dengan web browser.

            Situs berasal dari kata site dalam bahasa Inggris. Artinya suatu tempat yang menyediakan informasi secara elektronik, dimana informasi tersebut diolah oleh komputer.

            Blog adalah suatu jenis situs dimana sang pemiliknya mempublikasikan pikiran, ide atau pengetahuan mengenai topik tertentu. Biasanya isinya berupa artikel, yang disebut post, dan disusun berdasarkan urutan kronologis. Awalnya blog muncul sebagai diary online, namun saat ini blog mencakup berbagai macam jenis topik, dan bersaing ketat dengan media massa kebanyakan.

                URL (Uniform Resource Locator) adalah rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet. URL pertama kali diciptakan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1991 agar penulis-penulis dokumen dokumen dapat mereferensikan pranala ke World Wide Web. Sejak 1994, konsep URL telah dikembangkan menjadi istilah Uniform Resource Identifier (URI) yang lebih umum sifatnya.